21.33

INFO : Pakan ikan Berkualitas !

Sudah menjadi rahasia umum dikalangan petambak, nelayan dan pengusaha budidaya ikan bahwa biaya produksi terbesar dalam budidaya mulai dari ukuran siap tebar di kolam, tambak atau keramba jaring apung laut hingga ukuran siap-jual dipasaran adalah pakan. Saya mempunyai kecurigaan yang kuat bahwa selain kerusakan perairan di lingkungan areal pertambakan atau keramba jaring apung adalah karena limbah budidaya dan rusaknya ekosistem pesisir, ketidakberlangsungan usaha budidaya ikan yang terjadi di banyak daerah adalah juga akibat pengelolaan pakan yang tidak optimal. Salah satu contohnya adalah tambak ikan kerapu milik masyarakat di kecamatan Lasolo, Sulawesi Tenggara. Menurut kepala dinas Perikanan Propinsi Sulawesi Tenggara, usaha budidaya kerapu tersebut hanya sekali melaksanakan panen untuk yang pertama dan terakhir kalinya. Salah satu sebabnya adalah mahalnya harga pakan ikan kerapu serta petani ikan kesulitan untuk menyediakan ikan rucah sebagai pakannya.

Bila kita kembali ke pengertian dasarnya, budidaya itu sendiri adalah memelihara suatu organisme tertentu dalam kurun dan tempat tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan. Menyediakan tempat tertentu dengan situasi terbatas yang tidak lagi sebebas di alam atau laut terbuka utamanya dalam kebutuhan makanannya, tentunya mau tidak mau kita harus berusaha untuk memenuhinya. Makanan dalam hal ini adalah hal yang sangat terbatas bila dibandingkan bila mereka hidup di lingkungan habitat aslinya di alam. Oleh karena itu kesalahan dalam mengelola pakan akan berakibat pada minimal kegagalan 60% dalam usaha budidaya dikarenakan biaya produksi dalam budidaya dialokasikan senilai itu untuk pengelolaan pakan. Sementara itu budidaya itu pun dilakukan untuk mengejar keuntungan ekonomis. Salah dalam mengelola pakan ikan akan berujung pada kerugian yang besar.

Seperti halnya juga manusia, ikan membutuhkan nutrisi yang lengkap dan mencukupi untuk hidupnya. Unsur-unsur utama seperti protein, lemak dan karbohidrat sebagai komponen utama disamping mineral dan vitamin sebagai komponen pendukung, sangat diperlukan untuk menunjang pertumbuhan suatu organisme. Mana mungkin ikan bisa tumbuh dengan baik bila hanya diberikan pakan dari sisa daun singkong, ampas kelapa bahkan sisa-sisa nasi dari makanan yang kita buang ke kolam pemeliharaan kita. Justru mungkin akan menimbulkan masalah lain yakni lingkungan pemeliharaan ikan lambat laun akan tercemar oleh pakan sisa yang mengendap di dasar perairan yang tidak habis dimakan oleh ikan. Bahan-bahan tersebut akan terakumulasi di dasar kolam dan ditambah lagi buangan dari ikan sendiri sehingga suatu saat bakteri pengurai tidak bisa lagi bekerja dengan baik akibat kekurangan oksigen sehingga hasil penguraiannya akan menjadi senyawa beracun yang sangat berbahaya bagi kehidupan organisme yang dibudidayakan. Oleh karena itu usaha untuk memenuhi kebutuhan akan pakan ikan yang berkualitas, murah dan ramah lingkungan sangat diperlukan.

Apa itu pakan berkualitas

Nilai kualitas pakan ikan sangat ditentukan oleh seberapa lengkap ketersediaan komponen penyusunnya. Semakin lengkap komponen penyusunnya, maka semakin tinggi pula kualitas pakan tersebut. Komponen pakan yang lengkap itu meliputi protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Bahan-bahan tambahan lain seperti bahan
pewarna, bahan penarik (attraktan), hormon, dan bahan pengikat (binder) juga diperlukan namun bukan hal yang wajib sifatnya. Pakan yang lengkap sangat tidak bisa dibandingkan dengan bila ikan peliharaan hanya diberikan ikan rucah. Dibanding dengan pakan/pellet, ikan rucah tidak memiliki nutrisi lengkap karena umumnya
hanya didominasi oleh protein dan kadar air dengan sedikit fosfor.

Protein dikenal sebagai zat pembangun tubuh, sel atau jaringan. Padanya terkumpul berbagai jenis asam amino yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Ketiadaannya dalam komponen pakan akan sangat mempengaruhi pertumbuhan organisme budidaya baik pertumbuhan untuk tubuh ikan (pembesaran ikan) maupun untuk perbanyakan sel/individu (reproduksi). Bahan-bahan protein yang umum dikenal adalah tepung ikan, tepung udang, tepung kedelai, limbah buangan industri seperti tepung kepala udang, usus ikan, ikan rucah, tepung darah, tepung tulang dsb. Masing-masing bahan ini mempunyai jumlah dan jenis asam amino yang berbeda. Tepung ikan menduduki peringkat pertama dalam kelengkapan asam amino atau dengan kata lain tepung ikan adalah sumber protein terbaik dalam pakan ikan.

Lemak sebagai komponen penyedia energi terbesar mutlak adanya. Aktivitas harian mulai dari berenang, mencari makan, menghindari musuh, metabolisme, pertumbuhan dan ketahanan tubuh memerlukan energi. Padanya terkandung asam-asam lemak dan umumnya ikan tidak dapat membuatnya sendiri dan harus diberikan dalam pakannya. Namun demikian ikan bisa mensintesa lemak menjadi asam lemak yang sangat dibutuhkan oleh manusia seperti asam linolenat dan linoleat (omega-3). Hanya ikanlah yang mampu membuat asam omega-3 dan mampu mencerdaskan manusia bahkan masyarakatnya, seperti yang terjadi di Negeri Sakura, Jepang. Tidak itu saja, Jepang sebagai salah satu negara pengkomsumsi ikan terbesar di dunia mampu menjadikan masyarakatnya berumur panjang karena makan ikan yang mengandung omega-3 serta akan terhindar dari beragam penyakit. Bahan-bahan seperti minyak ikan, minyak kedelai, minyak sawit, minyak jagung dan minyak kanola adalah sumber-sumber lemak yang umum dipakai dalam pembuatan pakan ikan.

Meskipun tidak berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan, keberadaan karbohidrat sebagai unsur penyedia energi termurah dalam pakan sangat dibutuhkan. Ketiadaannya dalam komponen pakan akan memaksa protein untuk dirubah fungsinya dari zat pembangun menjadi penyedia energi. Pengalihfungsian ini akan membutuhkan energi yang besar sehingga mengakibatkan kadar buangan gas ammonia ikan meningkat. Meningkatnya buangan ammonia dalam perairan lambat laun akan mengakibatkan tercemarnya perairan apalagi bagi organisme dasar seperti abalone dan udang. Tepung kanji, tepung terigu, tepung sagu adalah bahan yang umum digunakan. Selain sebagai penyedia energi, bahan-bahan ini juga berfungsi sebagai bahan perekat.

Lain halnya dengan ketiga komponen utama diatas, vitamin dan mineral meskipun sedikit tapi sangat diperlukan. Vitamin misalnya sangat dibutuhkan untuk mengefisienkan kerja-kerja metabolisme tubuh. Selain itu biasanya vitamin ini terkait dengan sistem kekebalan tubuh ikan seperti pada vitamin C. Mineral demikian pula adanya meskipun sedikit tapi juga sangat dibutuhkan. Misalnya saja unsur fosfor yang terkait dengan pembentukan tulang utamanya pada makanan larva ikan. Pembengkokan tulang (abnormalitas) sangat dimungkinkan terjadi karena kurangnya atau tidak adanya pasokan fosfor dalam pakan ikan. Tampilan tubuh ikan yang abnormal sangat mengganggu dalam pertumbuhannya bahkan bisa mengakibatkan kematian. Bila ikan tersebut hidup pun, pasti dijual dengan harga murah; bahkan bisa dibuang begitu saja karena tidak layak untuk dijual.

Pakan murah dambaan petani ikan

Ditengah kehidupan yang serba sulit seperti sekarang ini, para petani ikan sangat mendambakan harga pakan yang murah. Apalagi komponen pakan ini sangat menentukan bagi berhasil tidaknya suatu usaha budidaya. Sebagai perbandingan, harga pakan ikan mas yang omnivore itu saja sebesar Rp 5.000/kg dari berbagai pabrik pembuatnya. Harga yang lebih mahal lagi sudah dapat dipastikan terjadi pada harga pakan ikan-ikan jenis karnivora seperti udang, kakap, kerapu. Untunglah nilai jual yang tinggi dipasaran ekspor masih dapat menutupi biaya produksinya sehingga kebanyakan orang masih memilih untuk memelihara ikan-ikan jenis karnivora ini. Namun bila berpikir untuk keberlanjutan budidaya, konsep ini harus dibuang jauh-jauh. Sementara itu dalam beberapa penelitian dan kebijakan, hal ini tidak berlaku untuk ikan-ikan budidaya jenis herbivore (ikan yang makanan pokoknya tumbuh-tumbuhan) seperti grass carp dikarenakan harga bahan pakan ikan jenis ini lebih murah dan ketersediaannya di alam melimpah. Hal ini seharusnya menjadi perhatian serta salah satu penentu kebijakan para petani dan pemerintah untuk memelihara ikan dari jenis-jenis ikan herbivore demi keberlangsungan budidaya ikan di masa depan, meskipun dari segi harga produk, ikan jenis herbivore sedikit lebih murah dibanding ikan karnivora.

Mahalnya harga pakan ikan tidak terlepas dari mahalnya harga bahan-bahan pembuat pakan yang ada. Komponen tepung ikan dan minyak ikan adalah bahan-bahan protein lemak yang termahal. Oleh sebab itu para ahli pakan dunia berusaha untuk mengganti tepung dan minyak ikan yang semakin langka dan mahal ini dengan sumber-sumber protein lainnya melalui serangkaian penelitian.

Ada dua arah pengembangan penelitian pakan yang sekarang dilakukan di dunia, yakni pemanfaatan limbah protein (protein by product) dan protein asal tumbuhan (vegetable protein). Bahan- bahan ini dipilih karena harganya yang murah dan ketersediaannya di alam yang melimpah. Bahan-bahan limbah protein seperti tepung kepala udang, tepung kulit kepiting, tepung darah, tepung tulang, tepung usus perut cumi, tepung usus ayam, tepung perut tuna, tepung kepompong ulat sutra, ampas tahu dsb menjadi bahan-bahan alternatif pengganti tepung ikan yang cukup memberikan pengaruh positif bagi pertumbuhan ikan. Demikian pula halnya dengan penggunaan minyak ikan yang juga relative mahal dibanding minyak nabati. Oleh karena itu bahan-bahan protein dan lemak asal tumbuhan seperti tepung kedelai, tepung jagung, tepung, tepung biji sawit, minyak kedelai, minyak sawit dan minyak jagung menjadi andalan pengganti tepung dan minyak ikan yang baik yang tidak mempengaruhi pertumbuhan ikan pada batas tertentu. Meskipun diakui kandungan asam amino dan asam lemak pada bahan-bahan
ini tidak selengkap dan sebanyak seperti yang ditemui pada tepung dan minyak ikan. Bahkan lebih kontroversial lagi, kacang kedelai hasil rekayasa genetik sudah banyak dipakai sebagai sumber protein pakan ikan. Hasil beberapa penelitian menunjukkan, penggunaan tepung kedelai hasil rekayasa genetik tidak berpengaruh bagi tubuh ikan karena hasil pemeriksaan pada hampir seluruh organ tubuh ikan tidak ditemukan gen pembawa dari kedelai tersebut. Pengaruh yang baik juga ada pada laju pertumbuhan yang tidak begitu berbeda dibanding dengan pemberian tepung kedelai non rekayasa genetik. Kacang kedelai hasil rekayasa genetik banyak dikembangkan sekarang ini dengan maksud untuk mencegah tanaman dari hama dan penyakit. Sehingga sejak
tahun 1996 wajarlah kalau badan dunia FAO mengeluarkan pernyataan tentang tidak berbahayanya penggunaan kacang kedelai hasil rekayasa genetik ini untuk pakan ikan. Selain tidak berbahaya bagi ikan peliharaan, juga aman bagi manusia. Namun demikian kontroversi tentang hal ini masih terus berlanjut meskipun frekuensinya sudah berkurang.

Penggantian tepung dan minyak ikan dengan bahan-bahan tersebut di atas sangat dianjurkan untuk mengatasi mahalnya harga pakan yang ada. Ditambah lagi dengan semakin berkurangnya stok ikan dunia akibat pengelolaan penangkapan ikan yang dari awal sudah tidak mementingkan aspek keberlanjutannya. Sehingga menurut pernyataan Worm dkk (2006) dalam jurnal nature, diperkirakan di tahun 2040 stok ikan di alam akan habis bila konsumsi ikan dunia terus menggila seperti sekarang ini. Apalagi sekitar 40% ikan yang ada dipergunakan untuk pembuatan tepung ikan. Hal ini akan menambah sulitnya menyediakan tepung ikan dan menjadikannya bertambah
mahal. Namun dikarenakan asam amino dan asam lemak yang terkandung dalam tepung dan minyak ikan adalah yang terbaik, maka penggantiannya dengan maksimal 20% dari tepung kedelai dan 15% untuk minyak kedelai misalnya, masih layak karena tidak terlihat adanya perbedaan dalam pertumbuhan ikan kakap. Demikian pula bahan-bahan limbah protein lainnya, masih tidak bisa menggantikan tepung ikan secara total dalam formulasi pembuatan pakan ikan tersebut. Memang konsep "ikan makan ikan" masih benar adanya. Namun demikian, konsep ini tidak selamanya benar dan bisa diterapkan, mengingat ketersediaan ikan di alam yang semakin menipis.

Pakan ramah lingkungan, Pakan ikan masa depan

Disamping peranannya yang sangat penting untuk menumbuhkan ikan peliharaan, pakan juga sangat berpotensi besar untuk menurunkan kualitas lingkungan perairan budidaya lewat sisa pakan yang tidak termakan oleh ikan dan juga buangan feses dan urin ikan selama proses metabolisme. Limbah utama dari pakan, feses dan urin adalah amoniak dan fosfor; lagi-lagi kedua bahan ini berasal dari protein tepung ikan. Kandungan unsur utama amonia dan fosfor adalah Nitrogen (N) dan (P) yang bisa menjadikan suburnya suatu perairan (eutrofikasi) pada batas tertentu. Namun bila penumpukan kedua unsur ini sudah melampaui batas, maka terjadilah apa yang dinamakan dengan "kesuburan yang berlebihan" (hypereutrofikasi). Kondisi ini mengakibatkan perairan menjadi kekurangan oksigen dan bakteri pengurai akan menghasilkan senyawa-senyawa beracun yang sangat berbahaya bagi kehidupan organisme yang dibudidayakan. Organisme yang sangat rawan dengan kodisi ini adalah udang karena spesies ini hidup di dasar pearairan sehingga akan menjadi yang paling duluan terkena dampaknya. Demkian pula dengan ikan budidayanya, akan mengalami kematian masal saat terjadi up welling (pengangkatan senyawa-senyawa beracun ke permukaan air) di saat musim hujan. Ini terjadi akibat massa air hujan yang berat turun ke dasar dan menggantikan posisi substrat dasar yang sudah mengandung racun ini terangkat (akibat berat jenisnya yang lebih ringan) ke permukaan dan meracuni ikan-ikan yang dipelihara sehingga mengalami kematian. Sedangkan bahaya yang datang dari adanya penggunaan minyak ikan yang berlebihan akan berakibat pada menumpuknya senyawa kimia yang dinamakan dioksin. Dioksin ini terkandung dalam minyak ikan yang pada kadar tertentu akan berbahaya bagi tubuh karena merangsang penyakit kanker.

Untuk mengatasi hal ini, ada dua strategi yang bisa dilakukan. Pertama, penggunaan bahan-bahan yang rendah kandungan fosfornya. Hal ini hanya dapat diperoleh dengan penggunaan protein yang berasal dari tumbuhan seperti tepung kedelai, tepung jagung dsb. Selain harganya murah, bahan-bahan protein tumbuhan ini dapat diandalkan untuk mengganti tepung ikan sebesar maksimal 20% yang mana besaran ini tidak mengakibatkan menurunnya pertumbuhan ikan. Demikian pula dengan minyak nabati, pemberiannya dalam pakan bersama dengan minyak ikan akan mengurangi pula peluang terjadinya penumpukan dioksin bila dibanding jika sumber energi lemak itu hanya berasal dari minyak ikan. Strategi kedua adalah mengefisienkan penggunaan protein oleh ikan sehingga kandungan nitrogen yang terbuang dalam feses dan urine juga berkurang. Usaha ini dilakukan dengan mencampurkan bahan kalsium monofosfat (Ca (H2PO4)2) ke dalam pakan. Bahan ini adalah salah satu senyawa mineral yang dapat mengefisienkan pemakaian protein oleh ikan dalam proses metabolisme tubuhnya sehingga buangan protein ke perairan menjadi rendah.

Penutup

Menjadi hal yang sangat bijak bila hal ini bisa diterapkan dalam industri pakan ikan dan juga sangat mungkin diusahakan oleh industri kecil skala rumah tangga yang ada di kampung nelayan. Pakan yang berkualitas, harga yang murah dan ditambah dengan sifatnya yang ramah serta tidak lagi bermasalah bagi lingkungan adalah harapan petani ikan kecil dan harapan kita semua. Suatu saat bila hal ini terwujud maka kebahagian itu tidak hanya dirasakan oleh petani saja, tapi juga oleh kita semua. Karena selain senang melihat petani ikan yang tidak lagi kecil (sudah sejahtera), lingkungan perairan budidaya juga menjadi sehat, serta asri dan enak untuk dipandang dan dinikmati di kala matahari terbenam.

1 komentar:

husni mengatakan...

Mohon informasi nama penulis artikel pakan ikan berkualitas serta ho. HP - nya.
Tahnks.

Husni